Seuramoe Rinyeun

Selasa, 23 Oktober 2012

Inilah wajah negeriku



Inilah wajah negeriku,
wajah kusam lusuh dan kuyu,
wajah negeri yang dihantam bencana sepanjang waktu,
pulau dan batas teritorial yang selalu dicuri dan diburu,
wajah negeri yang tak henti menahan pilu,
wajah negeri yang terisak-isak merintih haru.

Inilah wajah negeriku, wajah babubabu,
wajah memar dilempar batu,
wajah legam korban traffiking yang selalu kena tipu,
tki dan tkw disiksa serta diperkosa sampai aib menanggung malu,
dipulangkan bahkan dibuang dianggap seperti benalu,
inilah wajah negeriku , negeri antah berantah,
negeri bertuan tetapi selalu dijarah,
negeri merdeka yang sering dijajah,
oleh pemimpin sendiri dan oleh negara tetangga sebelah.

Inilah wajah negeriku, negeri berwajah tikus,
pejabat dan politikus menilap uang negara dengan rakus,
siang dan malam selalu mengendus ngendus,
berbuat zolim terhadap rakyat hingga kurus dan mampus,
banyak rakyat yang terlantar tak terurus.

Inilah wajah negeriku , wajah penuh bopeng,
wajah yang  kusut dihiasi orang terlantar dan para gepeng,
orang-orang miskin dan gelandangan tumpah ruah,
para sarjana dan pengangguran semakin berlimpah.
Inilah wajah negeriku , wajah beraut kusam,
teroris mengintai siang dan malam,
kejahatan dan tawuran pelajar di ibukota semakin mencekam,
arus listrik pln dimana-mana selalu padam,
banjir meluap di pelosok negeri jakarta tenggelam.

Inilah wajah negeriku, wajah penuh memar,
instalasi tangki premium sering terbakar,
hutan hutan kian hari ditebang dan dibakar,
iklim cuaca kian buruk udara tercemar,
keyakinan aqidah senantiasa dijadikan alasan bertengkar,
tawuran antar suku dan kelompok semakin tersiar,
nilai-nilai agama dan butir pancasila tak lagi mampu menunjuk ajar.

Inilah wajah negeriku, wajah bertopeng kepalsuan,
para politikus bersandiwara di gedung dewan,
wakil rakyat yang selalu mengumbar kebohongan,
di media televisi banyak menyajikan program tayangan kekerasan,
pornografi dan pornoaksi di semua media seolah tak dihiraukan,
pengurangan kemiskinan seolah-olah hanya sebuah slogan.


@ senandung jiwa nyanyian pengembara @
 

Sabtu, 20 Oktober 2012

Ulama Dan mesjid
































Lambang RI Mirip Kerajaan Samudera Pasai



Lambang Kerajaan Samudera Pasai (sumber: R Indra S Attahashi)
Lambang negara Indonesia ini meniru lambang Kerajaan Samudera  Pasai yang duluan eksis.

Jangan salah duga dua lukisan di atas sekilas mirip. Namun kalau diperhatikan detil sangat berbeda. Keduanya juga merupakan lambang dua negara yang berbeda. Yang pertama Garuda Pancasila lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan yang kedua lambang Kerajaan Samudera Pasai.

Asal muasal penggunaan lambang Garuda Pancasila sebagai lambang negara adalah bermula saat Sultan Abdurrahman Hamid Alkadrie II (Sultan Hamid II) memenangi sayembara lambang negara. Sayembara ini diadakan oleh Presiden Soekarno. Sebelumnya ada usulan lambang negara yang diajukan oleh M. Yamin namun ditolak oleh panitia karena masih ada pengaruh Jepang melalui penempatan sinar matahari. 

Sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945, baru pada tahun 1950 kita memiliki lambang negara. Jadi selama lima tahun itu Indonesia nirlambang negara. Garuda Pancasila ditetapkan sebagai lambang Negara RI pada 11 Februari 1950 yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 1951.

Lalu Presiden Soekarno memperkenalkan lambang itu kepada masyarakat pada 15 Februari 1950 di Hotel Des Indes Jakarta.  Sebelumnya Garuda juga sudah menjadi lambang kerajaan atau stempel kerajaan di Jawa seperti Kerajaan Airlangga.

Sebelum digunakan secara resmi sebagai lambaga negara RI, Garuda juga sudah dipakai sebagai lambang Kerajaan Samudera Pasai yang dulu kala berpusat di Aceh Utara. Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Sultan Malikussaleh (Meurah Silu) pada abad ke 13 atau pada 1267. Seorang petualang Ibnu Batuthah dalam bukunya Tuhfat al-Nazha menuturkan Samudera Pasai sudah menjadi pusat studi Islam di kawasan Asia Tenggara.

Siapa sebenarnya yang merancang lambang Kerajaan Samudera Pasai? “Lambang Kerajaan Samudera Pasai dirancang oleh Sultan Samudera Pasai Sultan Zainal Abidin. Lambang burung itu bermakna syiar agama yang luas, berani dan bijaksana,” sebut R Indra S Attahashi kepada Beritasatu.com, Sabtu (6/10).

Indra menjelaskan, lambang berisi kalimat Tauhid dan Rukun Islam. Rinciannya, kepala burung itu bermakna Basmallah, sayap dan kakinya merupakan ucapan dua kalimat Syahadat. Terakhir, badan burung itu merupakan Rukun Islam.

Pria kelahiran 1974 itu menjelaskan lambang itu disalin ulang oleh Teuku Raja Muluk Attahashi bin bin Teuku Cik Ismail Siddik Attahashi yang merupakan Sultan Muda Aceh yang diangkat pasca peristiwa Perang Cumbok pada 1945. Ketika itu di Aceh Tamiang ada kerajaan sendiri bernama Kerajaan Sungai Iyu

“Bisa saja disebut, lambang negara Indonesia ini meniru lambang Kerajaan Samudera Pasai yang duluan eksis sebelum kaum Nasionalis Marhaenisme merancang NKRI,” ungkap Indra yang juga generasi ketujuh dari Kerajaan Sungai Iyu.

Indra menjelaskan, lambang Kerajaan Samudera Pasai itu sudah ada dalam silsilah keluarganya lebih dari 100 tahun lalu. Dari kakek atau nenek, lambang itu diwariskan dari generasi ke generasi yang selalu dikisahkan bahwa itu lambang Kerajaan Samudera Pasai.

Disebutkan, asal-usul pendiri Kerajaan Samudera Pasai berasal dari keturunan Turki yakni Al Ghazy Syarif Attahashi yang merupakan panglima memimpin utusan Dinasti Usmaniyah (Ottoman) yang membantu Aceh menghadapi serangan Portugis. Kemudian panglima ketujuh itu menikah dengan seorang putri Sultan Iskandar Muda.

Perihal lambang Negara Indonesia yang mirip dengan lambang Kerajaan Samudera Pasai juga dituturkan oleh Ibrahim Qamarius dosen Universitas Malikussaleh Aceh Utara. Setelah digelar seminar  International Conference and Seminar "Malikussaleh; Past, Present and Future di Aceh Utara pada 11-12 Juli 2011, masyarakat mengirim lambang Kerajaan Samudera Pasai yang merupakan replika.

Lambang itu dilukis oleh Teuku Raja Muluk Attahashi, keturunan dari panglima Turki Utsmani yang ke Aceh ketika Sultan Iskandar Muda menghadapi Portugis, pimpinan dari Panglima Tujuh Syarif Attahashi.

Ibrahim menjelaskan, walaupun lambang Indonesia mirip dengan Kerajaan Samudera Pasai belum bisa dipastikan Indonesia meniru dari Samudera Pasai. Menurutnya, perlu pengkajian lebih lanjut

“Panitia melakukan pengkajian konprehensif mengenai lambang atau gambar tersebut dan kemungkinan dibahas pada International Conference and Seminar Malikussaleh kedua pada 2013,”  ungkap Ibrahim yang mantan ketua panitia konferensi itu kepada Beritasatu.com,  Sabtu (6/10).

Terlepas dari klaim inspirasi Garuda dari lambang Kerajaan Samudera Pasai, sejarawan LIPI Aswi Warman Adam menegaskan kalau klaim itu menunjukkan kecintaan bangsa Indonesia. "Ini bukanlah sebuah klaim yang menjurus ke arah negatif. Ini merupakan sebuah bentuk kecintaan bangsa Indonesia, yang dulu saat proses pemilihan lambang negara memang ikut terlibat," kata Asvi
Penulis: Murizal Hamzah
http://www.beritasatu.com/fokus/76210-lambang-ri-mirip-kerajaan-samudera-pasai.html